Oleh : Berti Karaeng
Juara 3 Sayembara Karya Tulis The Legend of Pongtiku II
Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) kembali mempersembahkan event “The Legend of Pong Tiku II”. Sebuah perayaan yang diselenggarakan dalam rangka menyambut peringatan Hari Pahlawan Pong Tiku yang jatuh pada 10 Juli 2025 mendatang. Perayaan ini akan diisi dengan berbagai kegiatan sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa Pahlawan Pong Tiku yang telah resmi dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2002. Event yang berlangsung selama beberapa hari ini akan diadakan di berbagai lokasi yang ada di Toraja dimana puncak perayaan akan berlangsung di tanah kelahiran Pong Tiku yaitu di Pangala’, Kecamatan Rindingallo.
Selain sebagai refleksi atas perjuangan Pong Tiku untuk kemerdekaan Indonesia di masa lalu, event The Legend of Pong Tiku II ini juga diharapkan dapat menjadi ajang untuk meningkatkan semangat serta kepedulian masyarakat Toraja khususnya generasi muda di zaman modern ini terhadap dunia pariwisata dan kebudayaan di Toraja. Salah satunya melalui partisipasi aktif dalam melakukan promosi untuk meningkatkan minat kunjungan wisatawan baik domestik maupun internasional.

Dunia pariwisata telah sepakat bahwa hingga saat ini Toraja masih menjadi salah satu destinasi wisata favorit bagi para wisatawan dari seluruh dunia. Keunikan wisata di Toraja terletak pada perpaduan ideal antara wisata alam dengan wisata budayanya. Keindahan dari perpaduan ini dapat kita temukan hampir di setiap belokan jalan pada lereng-lereng pegunungan dan di setiap hamparan lembah-lembah sejuk di Toraja. Sebut saja ragam objek wisata yang telah terkenal sejak dulu seperti kuburan batu pahat Londa dan Lo’ko’ Mata, Desa Wisata Ke’te’ Kesu’, Pemandian alami Tilanga’, Kompleks Megalitikum Kalimbuang Bori’ dan Museum Nek Gandeng. Belum lagi kehadiran objek wisata baru beberapa tahun terakhir seperti Buntu Burake, Padang Savanah Ollon, Agrowisata Pango-Pango dan Objek wisata Lempe Lolai yang dijuluki Negeri di Atas Awan yang sukses meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Toraja.
Selain berbagai objek wisata di atas, masih ada beberapa lokasi di Toraja yang berpotensi menjadi destinasi wisata alam dan budaya yang menjanjikan jika dikelola dengan baik. Salah satunya adalah wisata ke Bumi Pong Tiku, Pangala’.
Sejak kilometer pertama dari Rantepao, ibukota kabupaten Toraja Utara menuju Pangala’, kita disuguhkan pemandangan alam yang luar biasa indahnya. Sepanjang perjalanan mata kita tidak akan berhenti kagum atas ciptaan Tuhan yang kaya dan subur. Wisata alam berupa lereng gunung dan persawahan hijau berpadu sempurna dengan wisata budaya berupa deretan rumah Tongkonan dan kuburan batu pahat. Belum lagi saat penyelenggaraan berbagai acara adat seperti Rambu Solo’ (prosesi pemakaman masyarakat Toraja), Rambu Tuka’ (Acara Syukuran rumah adat Tongkonan) dan ma’ Nenek (Prosesi ziarah kubur sekaligus menjemur jenazah leluhur) yang semuanya dapat kita saksikan secara langsung.

Di Pangala’ inilah kita bisa belajar dengan lebih mendalam mengenai Sejarah Perjuangan Pahlawan Pong Tiku dengan mengunjungi tempat kelahirannya di Tongkonan Tirrik Lada, Tondon, berziarah ke makam Pong Tiku serta ikut dalam napak tilas ke benteng Rindingallo, sebagai benteng pertahanan Pong Tiku. Kemudian dari Pangala’ ke arah barat daya, kita menuju Baruppu’ yang memiliki potensi wisata Air Terjun Sarambu Tonapa dan Kuburan Batu Kuno Salurea.
Namun apa jadinya jika akses jalan ke tanah kelahiran sang Pahlawan saat ini berada dalam kondisi rusak parah dan telah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun? Adakah wisatawan yang tertarik berkunjung ke sana?


Keindahan panorama alam yang begitu menawan sepanjang perjalanan dari Rantepao ke Pangala’ terpaksa kurang dinikmati karena badan kita akan capek akibat terhempas-hempas selama berada di atas kendaraan.
Perjalanan dari kota Rantepao menuju ke Pangala’ idealnya dapat ditempuh dengan waktu sekitar 35 menit menggunakan motor dan 50 menit menggunakan mobil jika kondisi jalan dalam keadaan mulus. Sayangnya karena kerusakan jalan di berbagai titik, menyebabkan lama perjalanan memakan waktu antara 45 menit menggunakan motor hingga 1 jam perjalanan menggunakan mobil. Berkendara menggunakan mobil atau motor layaknya menaiki roller coaster, sebuah wahana hiburan yang membuat kita terombang-ambing saking rusaknya jalan yang dilalui kendaraan. Sampai-sampai ada yang berkelakar : kalau ada ibu yang hamil besar naik mobil dari Pangala’ mau bersalin di rumah sakit di Rantepao, bisa-bisa si ibu melahirkan di jalan. Ada juga pengalaman warga yang membeli kue ulang tahun di Rantepao untuk dibawa ke Pangala’. Kue ulang tahun yang telah didesain begitu indah di sebuah toko kue di Rantepao menjadi hancur berantakan saat tiba di Pangala’ karena dibawa melewati jalan yang rusak.

Setiap kali pulang kampung, saya belum pernah mendapati jalan raya dari Rantepao ke Pangala’ berada dalam kondisi mulus sejak dari kilometer pertama hingga tiba di tujuan. Jalan yang sudah diaspal hanya beberapa kilometer saja lalu selebihnya rusak parah. Seingat saya proyek pengaspalan rute jalan Rantepao ke Pangala’ yang katanya berada di bawah tanggungjawab pemerintah provinsi ini sudah pernah dikerjakan. Namun entah kenapa proyeknya tiba-tiba berhenti di tengah jalan.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa efektifnya sebuah promosi pariwisata dan kebudayaan serta terjadinya percepatan perkembangan destinasi wisata sangat didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai. Salah satunya terkait dengan akses jalan. Akses jalan yang mulus untuk mencapai destinasi wisata tentunya menjadi pertimbangan utama bagi wisatawan saat hendak menentukan daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya. Karena perjalanan yang mulus dapat memangkas waktu para wisatawan sehingga mereka bisa memiliki kesempatan untuk mengunjungi lebih banyak destinasi wisata yang ada di Toraja.
Bagi masyarakat lokal sendiri, keberadaan infrastruktur jalan yang mulus sangat berperan penting dalam mendorong perkembangan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan hidup. Jalan yang mulus akan memudahkan akses transportasi, distribusi barang dan jasa serta mempercepat pembangunan di wilayah tersebut. Sehingga sangat penting untuk terus memperjuangkan keberadaan jalan raya yang berkualitas.
Keberadaan PMTI melalui berbagai event yang diselenggarakannya dapat menjadi corong suara rakyat ke pemerintah baik pusat maupun daerah untuk segera melanjutkan perbaikan jalan raya ini.
Faktanya kondisi jalan yang rusak merupakan masalah klasik sejak dulu yang tidak hanya terjadi di rute Rantepao ke Pangala’ saja melainkan di berbagai lokasi yang ada di wilayah Toraja dan juga di Mamasa.
Adapun proyek pengerjaan jalan yang kita harapkan bukan sekedar proyek tambal sulam jalan dengan kualitas aspal seadanya namun dengan memenuhi standar kualitas jalan raya yang sesuai dengan kondisi topografi wilayah Toraja dan Mamasa serta mempertimbangkan kondisi cuaca di wilayah tersebut.
Pada akhirnya, peran penting dari masyarakat setempat juga sangat dibutuhkan dalam hal ikut berpartisipasi untuk merawat infrastruktur jalan sehingga manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang. Dan semoga keresahan yang penulis tuangkan dalam tulisan ini telah mewakili keresahan kolektif masyarakat Toraja yang kerap tercurah di media-media sosial dan pada setiap percakapan-percakapan di warung kopi, bahwa kami masyarakat Toraja masih sangat membutuhkan jalan raya mulus mulai dari kota hingga ke pelosok.
***
Biografi Penulis
Penulis kelahiran Pangala’, Kecamatan Rindingallo merupakan lulusan Jurusan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin pada tahun 2009. Penulis pernah bekerja sebagai wartawan di Majalah Makassar Terkini dan Pecinan Terkini. Saat ini penulis menetap dan mencari nafkah di Kota Makassar. Sehari-hari penulis suka menghabiskan waktu dengan membaca buku serta mengasah kemampuan menulis.